Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera Bagian Selatan memiliki excess (kelebihan) listrik, sehingga perlu sambungan transmisi listrik untuk bisa menjangkau seluruh area di pulau besar Indonesia.
“Di Sumatera misalnya, sambungan high voltage 500KV perlu diselesaikan untuk menyambungkan jaringan listrik dari Sumatera bagian selatan hingga Sumatera bagian utara,” ungkapnya dalam rapat koordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi pada Senin kemarin (30/10) di Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jakarta.
Menteri Arifin Tasrif menyampaikan progres, evaluasi dan capaian serta kendala sektor ESDM.
“Sambungan transmisi listrik sepanjang 2.000 KM membutuhkan dukungan dari swasta. Sehingga bisa mempercepat progres pembangunan transmisi listrik tersebut,” katanya.
Jika interkoneksi transmisi listrik di Pulau Sumatera rampung, maka diproyeksikan akan terjadi potensi penghematan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik sebesar USD6,9 cent per KWH, atau sekitar Rp6,32 triliun per tahun, serta menghemat konsumsi pemakaian LNG sebesar 9 kargo. Dan akan terjadi peningkatan konsumsi listrik perkapita sekitar 51,13 KWH.
Sementara itu di Sulawesi bagian utara, lanjut Arifin, memiliki BPP tenaga listrik yang tinggi dan masih menggunakan diesel untuk pembangkit listriknya. Selain itu, transmisi yang digunakan masih medium voltage.
“Apabila jaringan transmisi listrik di Sulawesi bagian utara dan Sulawesi bagian Selatan sudah tersambung, maka BPP disana akan turun,” jelas Arifin.
Nantinya, jika jaringan transmisi di Pulau Sulawesi sudah terkoneksi, maka akan ada potensi penurunan BPP sebesar USD9,92 cent/kWh, dengan Potensi penghematan sebesar USD63,47 Juta (dengan asumsi pembebanan line Tambu-Bangkir 43,6 MW).
Sementara itu, apabila jaringan transmisi Pulau Kalimantan sudah tersambung, maka potensi penurunan BPP sebesar USD 0,34 cent per KWh atau Rp1,6 triliun per tahun, meningkatkan konsumsi listrik per kapita sekitar 21,6 kWh, dan meningkatkan pengembangan EBT dengan potensi hydro hingga 7.465 MW.
Kemudian di Pulau Jawa, pemerintah menargetkan uprating sistem interkoneksi Jakarta dan Jatim, apabila rampung maka akan menurunkan konsumsi gas sebesar 8 kargo LNG di PLTGU Priok, Muara Tawar, dan Muara Karang Tahun 2025 dan 91,4 BBTUD gas pipa di PLTGU Gresik Tahun 2026. Selanjutnya potensi menurunkan BPP sistem dari USD5,88 cent per kWh menjadi USD5,53 cent per kWh, dan memperoleh Potensi Penghematan BPP Rp1 triliun per tahun.
Sumber: Niaga Asia